إنّ وأخوتها وتقديم خبرها على إسمها واقتران إسمها او خبرها باللام
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Nahwu II
Dosen Pengampu: Mufidah, M. Ag
Disusun Oleh:
Siti Hana (103211045)
Sumarno (103211047)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
I. PENDAHULUAN
Kemampuan menguasai bahasa arab merupakan kunci dan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap orang yang hendak mengkaji ajaran islam secara luas dan mendalam, karena islam lahir di Negara yang berbahasa. Sehingga banyak kitab-kitab yang berisi ajaran islam dituliskan dalam bahasa arab. Mengingat akan hal itu, pentinglah bagi kita sebagai umat islam untuk mampu dan mengetahui bahasa arab agar tidak buta dengan ajaran islam.
Dalam upaya mengembangkan wawasan berbahasa arab, sangat diperlukan adanya sebuah pengkajian kebahasaan. Oleh karena ilmu nahwu merupakan kaidah tata bahasa arab, maka penting untuk dikaji dan dipelajari. Banyak sekali pembagian-pembagian dalam ilmu nahwu, akan tetapi dalam kesempatan makalah ini, pemakalah akan membahas mengenai bab inna wa akhowatuha.
Pemakalah berharap semoga dengan adanya makalah ini akan menjadi perbendaharaan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
II. RUMUSAN MASALAH
- Pengertian inna dan akhwatnya
- Hukum mendahulukan khobar inna atas isimnya
- Lam taukid yang menyertai isim atau khobarnya inna
- I’rab kalimat
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Inna dan Akhwatnya
Inna dan akhwatnya (إنّ ، أنّ ، كأنّ ، لكنّ ، لعلّى ، ليت) dinamakan huruf nasihah karena merusak mubtada’ dan khobar. Inna dan akhwatnya masuk pada mubtada’ dan khobar kemudian menashabkan yang pertama menjadi isimnya inna dan merafa’kan yang kedua menjadi khobarnya inna. Contoh: زيدٌ قائمٌ (zaid adalah orang yang berdiri) kemasukan inna menjadi إنّ زيداً قائمٌ (sesungguhnya zaid adalah orang yang berdiri).
Inna dan akhwatnya memiliki faedah makna yang berbeda-beda:
1) Inna dan anna berfaedah littaukid (menguatkan)[1]
إنّ سعيكم لشتّى Sesungguhnya usahamu memang benar-benar berbeda (QS.al lail:4)
2) Ka anna berfaedah lit tasybih (menyerupakan) jika khobarnya jamid dan lidz dzan (sangkaan) jika khobarnya musytaq.[2]
كأنّ زيداً اسدٌ Zaid seperti singa à lit tasybih
كأنّك فاهمٌ Seakan-akan kamu paham à lidz dzan
3) Lakinna berfaedah li istidrak (menyusul pembicaraan) dan littaukid (menguatkan)
زيد شجا ء ، لكنّه باخلٌ Zaid pemberani, tapi dia orang yang bakhil à li istidrak
لو جاء نى خليلٌ لأكرمته ، لكنّه لم يجئ Jika Kholil datang kepadaku maka aku akan memulyakannya, tetapi dia tidak datang à littaukid
4) La’alla berfaedah littaroji (berharap sesuatu yang disenangi terjadi) dan littawaqqu’ (mengkhawatirkan sesuatu yang tidak ingin terjadi)
لعلّ محبوبي وصلٌ Semoga kekasihku datang
لعلّ المريض هالكٌ semoga saja penyakit itu hilang.
Terkadang la’alla juga bisa bermakna kai (كي), yang berfaedah lita’lil. Contoh:
لعلكمّ تتّقونَ Supaya kamu bertaqwa (QS.al baqarah:21)
5) Laita berfaedah makna littamanni (berharap sesuatu yang tidak mungkin terjadi). Contoh seorang miskin yang berkata:
ليت لِى الفُ دنارٍ Seandainya saya punya seribu dinar
B. Hukum Mendahulukan Khobar Inna Atas Isimnya
Pada dasarnya tidak diperbolehkan mendahulukan khobar inna dan mengakhirkan isimnya kecuali jika khobar inna berupa dhorof, jar, atau majrur.[3] Adapun hukumnya ada dua:
1) Jawaz mendahulukan khobar inna ketika khobar berupa syibh jumlah dan isimnya ma’rifat. Contoh:
إنّ فى التانى السلامةٌ Sesungguhnya didalam hati-hati itu terdapat keselamatan.
2) Wajib mendahulukan khobar inna ketika:
- Khobar inna berupa syibh jumlah dan isimnya nakiroh. Contoh:
إنّ مع الأسرِ يُسراً Sesungguhnya didalam kesulitan terdapat kemudahan[4]. (QS.alam nasyrah:6)
- Isimnya inna bersambung dengan dhomir yang kembali kepada sesuatu pada khobar. Contoh:
إنّ امام المريضِ اولاده Sesungguhnya yang berada didepan orang yang sakit itu adalah anak-anaknya.[5]
- Isimnya inna disertai lam taukid.
إنّ في ذلك لعبرةً لألى الأبصار Sesunggahnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.[6] (QS.al imran:13)
C. Lam Taukid yang Menyertai Isim atau Khobarnya Inna
Diperbolehkan memasukkan lam ibtida’ pada khobar inna yang dibaca kasrah. Contoh: إنّ زيداً لَقائِمٌ . Lam ini asalnya berada di awal kalimat yang masuk pada inna. Contoh: لأنّ زيداً قائمٌ . tetapi jika lam berfaidah litaukid dan inna berfaedah litaukid maka dilarang mengumpulkan dua huruf yang bermakna satu sehingga lam diakhirkan pada khobarnya. Lam ini tidak masuk pada khobar akhwatnya inna. Maka tidak diperbolehkan mengucapkan لعلّ زيداً لقائمٌ . Namun ulama’ Kuffah memperbolehkan lam ini masuk pada khobar lakinna. Sebagaimana dalam syair: لكنني من حبها لعميد .[7]
1) Lam taukid yang masuk pada isim inna
Lam taukid bisa masuk pada isim inna dengan syarat didahului dhorof, atau jar dan majrur. Contoh:
إنّ عندك لَدِرْهمًا كثيرًا sesungguhnya disisimu terdapat uang yang banyak.
2) Lam taukid yang masuk pada khobar inna
Lam taukid bisa masuk pada khobar inna dengan syarat khobarnya tidak disertai huruf syarat atau huruf nafi, dan tidak berupa fi’il madhi mutashorif yang tidak disertai qod. Contoh:
وإنّ ربّك ليعلم dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengetahui.
Dan diperbolehkan menyertakan lam taukid pada khobar inna yang berupa fiil madhi mutashorif yang disertai qod. Contoh:
إنّه لقد إجتهدَ Sesungguhnya dia benar-benar telah berjuang[8].
Jika khobar inna berupa fiil mudhori’ maka tidak ada masalah, boleh mutashorif atau tidak mutashorif. Contoh:
إنّ زيداً ليرضَى Sungguh Zaid akan ridho à mutashorif
إنّ زيداً ليذر الشرَّ Sungguh Zaid akan meninggalkan kejelekan à tidak mutashorif[9]
Ketika syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka diperbolehkan menyertakan lam taukid pada khobar inna. Tidak ada perbedaan baik khobarnya berbentuk mufrod (إنّ الحقَّ لمنصورٌ), jumlah ismiyah (إنّ الحقَّ لصوتُه مرتفعٌ), jumlah mudhari’iyyah (إنّ ربّك ليحكُمُ بينهم), jumlah madhiyah yang fiilnya jamid (إنّك للنعم الرجلُ), atau mutashorif yang disertai qod (إنّ الفرج لقد دنا).[10]
Selain masuk pada isim dan khobar inna, lam taukid juga bisa masuk pada ma’mul khobar inna apabila:
- Ma’mulnya ada ditengah-tengah khobar dan isimnya.
- Khobar inna termasuk khobar yang bisa kemasukan taukid.
Contoh: إنّ سليمًا ساعٍ في حاجتك jika ingin menyertakan lam taukid pada ma’mulnya, maka ma’mulnya dipindah berada ditengah-tengah isim dan khobarnya:
إنّ سليمًا لفي حاجتك ساعٍ sesungguhnya Salim adalah orang yang berjalan dalam kebutuhanmu.
Lam taukid juga bisa masuk pada dhomir munfashil yang berada diantara khobar inna dengan tanpa syarat. Contoh: إنّ زيدًا لهو قائمٌ sungguh zaid adalah orang yang berdiri.
D. I’rab Kalimat
كأنّ زيداً اسدٌ
كأنّ: حرف تشبيه ونصب تنصب الإسم وترفع الخبر
زيدًا: إسمها وهو منصوب وعلامة نصبه فتحة ظاهرة في آخره لأنّه من إسم المفرد
اسدٌ : خبرها وهو مرفوع وعلامة رفعه ضمّة ظاهرة في آخره لأنّه من إسم المفرد[11]
إنّ امام المريضِ اولاده
إنّ: حرف توكيد مبني على الفتح مشبه بالفعل
امام المريضِ: شبه الجملة في محل رفع خبر “إنّ” مقدم وجوبا
اولاده: إسم إنّ منصوب مؤخر وجوبا لإتصاله بضمير يعود على “المريض” الذى جزء من الخبر[12]
إنّ عندك لَدِرْهمًا كثيرًا
إنّ : حرف توكيد مبني على الفتح مشبه بالفعل
عندك : شبه الجملة في محل الرفع خبر إنّ مقدم وجوبا
لَدِرْهمًا : اللام التوكيد ، دِرْهمًا : إسم إنّ منصوب وعلامة نصبه فتحة ظاهرة لأنه من الإسم المفرد
كثيرًا : صفة منصوب وعلامة نصبه فتحة ظاهرة لأنه من الإسم المفرد
IV. KESIMPULAN
- Inna Wa Akhowatuha adalah huruf nasihah yaitu huruf-huruf yang merusak susunan mubtada’ dan khobar
- Ada dua hukum mendahulukan khobar inna atas isimnya, yaitu :
a) Jawaz yaitu ketika khobar berupa syibhul jumlah dan isimnya nakiroh.
b) Wajib yaitu ketika :
1) Khobar inna berupa syibhul jumlah dan isimnya nakiroh.
2) Isimnya inna bersambung dengan dhomir yang kembali pada khobar.
3) Isimnya inna disertai lam taukid.
- Lam taukid yang menyertai isim atau khobarnya
- Lam taukid masuk pada isim inna dengan syarat di dahului dhorof atau jer majrur
- Lam taukid masuk pada khobar inna dengan syarat khobarnya tidak disertai huruf syarat atau nafi dan tidak berupa fiil madhi yang mutashorif yang tidak disertai qod.
V. PENUTUP
Alhamdulillah puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah swt yang dengan Rahmat dan Inayah-Nya makalah ini ini dapat terselesaikan. Tentunya sebagai manusia biasa dalam menyajikan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penyampaian. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penyusun harapkan guna penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Ghulaini, Musthofa, Jami’uddurus Al ‘Arabi, Kairo: Darul Kutub, 2005
Hasbullah, Zaidi, Ats Tsimarul Janiyyah, Semarang, Al Munawar: tt
Mugholasah, Muhammad Husni, An Nahwu Asy Syaafi, Beirut: Muassasatur Risalah Nasyirun, 2007
Muhammad, Jamluddin, Syarakh Ibnu ‘Aqil, Surabaya: Al Haramaini Jaya, 2005
Muthohir, Ahmad, Al Ghurrotussaniyyah, Semarang, Karya Tohaputra, 1379 H
Na’mah, Fuad, Mulakhos Qowaidul Lughotil ‘Arabiyyah, Damaskus: Darul Hikmah, 787 H
[1] Syaikh Musthofa Ghulaini, Jami’uddurus Al ‘Arabi, (Kairo: Darul Kutub, 2005), hlm. 401
[2] Fuad Na’mah, Mulakhos Qowaidul Lughotil ‘Arabiyyah, (Damaskus: Darul Hikmah, 787 H), hlm. 40
[3] Jamluddin Muhammad, Syarakh Ibnu ‘Aqil, (Surabaya: Al Haramaini Jaya, 2005), hlm. 49
[4] Fuad Na’mah, Op. Cit.
[5] Dr. Muhammad Husni Mugholasah, An Nahwu Asy Syaafi, (beirut: Muassasatur Risalah Nasyirun, 2007), hlm. 237
[6] Syaikh Musthofa Ghulaini, Op. Cit., 405
[7] Jamluddin Muhammad, Op. Cit.,51
[9] Jamluddin Muhammad, Op. Cit.,hlm. 51
[10] Syaikh Musthofa Ghulaini, Op. Cit., 406
[11] Zaidi Hasbullah, Ats Tsimarul Janiyyah, (Semarang, Al Munawar: tt), hlm. 61
[12] Dr. Muhammad Husni Mugholasah,Op. Cit., hlm. 237